E-Learning: Sebuah Tantangan di Era Digital
Era globalisasi telah menyebabkan perubahan hampir di semua bidang
yang “memaksa” kita beralih dari era manual menuju ke era digital. Jarak
yang jauh sudah menjadi kendala kuno yang semakin jarang diungkapkan
jadi alasan. Keterbukaan arus informasi mengalir begitu deras dan melaju
dengan begitu cepatnya. Hanya hitungan detik, suatu peristiwa di
berbagai belahan dunia dapat diakses segera, melalui media komunikasi
dan informasi seperti internet, sehingga, muncul ungkapan “kita menjadi
bagian dari teknologi atau menjadi korban dari teknologi?
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlambatan mendapatkan
informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk
maju. Informasi sudah merupakan “komoditas’ layaknya barang ekonomi
yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia
modern dewasa ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang
menuju era masyarakat informasi atau masyarakat ilmu pengetahuan.
Keadaan tersebut adalah sebuah realitas yang harus dihadapi dengan
cerdas.
Hal yang sangat mengejutkan terhadap data pengakses internet di
Indonesia. Berdasarkan data Internet World Stats, Indonesia menduduki
peringkat 4 pengguna internet di Asia dengan jumlah 55 juta pengguna.
Sebuah kondisi faktual Indonesia mulai “melek” teknologi.
Salah satu bidang yang tak terelakkan dari perkembangan teknologi
yaitu pendidikan. Perlahan namun pasti, pendidikan telah bergerak dan
beralih menuju ke era digital terutama penggunaan teknologi pendidikan
berbasis
Information and
communication Technology
(ICT). Penggunaan ICT khususnya internet dalam pendidikan dapat
dimanfaatkan oleh guru maupun siswa, antara lain: dalam pencarian
informasi atau bahan pelajaran, mendekatkan jarak ruang dan waktu dalam
interaksi guru-murid, efisiensi pembelajaran serta penyimpanan berbagai
data dan informasi yang diperlukan.
Pemanfaatan e-Learning
Pemanfaatan e-Learning adalah salah satu implementasi penggunaan ICT
dalam pendidikan. Para pakar telah mendefinisikan e-Learning dengan
pengertian yang luas dan beragam yaitu sebagai pembelajaran jarak jauh (
distance learning)
yang menjadikan komputer serta jaringan/internet sebagai media.
Sebagaimana Singh, et al. (2003:1) mendefinisikan e-Learning sebagai
sebuah istilah yang meliputi berbagai macam alat dan proses, seperti
pembelajaran berbasis
web, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan kolaborasi digital.
eLearning mencakup juga penyampaian konten melalui
Internet,
intranet/extranet
(LAN/WAN), audio dan video, penyiaran satelit, TV interaktif, CD-ROM
dan lainnya. Namun, istilah e-Learning lebih tepat ditujukan sebagai
usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar ke dalam
bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi Internet. Tujuannya
yaitu untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan
pembelajaran.
Melalui teknologi ini, belajar dapat diarahkan pada kondisi yang fleksibel yaitu terkait pola komunikasi
one way communication (komunikasi satu arah) dan
two way communications
(komunikasi dua arah). Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid
memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Pada kondisi dimana guru dan
siswa dapat bertatap muka ataupun tidak maupun pada waktu bersamaan
ataupun pada waktu yang berbeda tapi berada dalam satu kelas yang sama
(kelas virtual), fasilitas e-lectures dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran. Karena Isi (content) pembelajaran (bahan ajar dan bahan
uji) yang telah di-
upload pada sistem
e-Learning dapat diakses oleh siswa. Selain itu memungkinkan interaktifitas antara guru dan siswa melalui fasilitas
discussion forum (forum diskusi) dan chat (obrolan online). Kondisi seperti ini dikenal dengan istilah
Asynchronous e-Learning yaitu guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda.
Lain halnya dengan
Synchrounous e-Learning, yaitu guru dan
siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda.
Untuk pola e-Learning seperti ini membutuhkan perangkat teleconference
dan bandwitch besar. Nah, untuk pengadaannya membutuhkan biaya besar.
Penggunaan e-Learning seperti ini biasa terjadi di universitas. Misalnya
mahasiswa Universitas di Indoensia mengikuti kuliah lewat
teleconference dengan professor yang ada di Universitas luar negeri.
Learning Management System (LMS)
Pemanfaatan e-
Learning secara
Asynchronous seperti yang telah dijelaskan di atas, membutuhkan sebuah sistem (aplikasi) yang disebut
Learning Management System (LMS). Dapat dipahami bahwa, LMS merupakan aplikasi yang menjadikan proses pembelajaran memenuhi konsep pemanfaatan e-Learning.
Sebagai sebuah aplikasi untuk e-
Learning, LMS berfungsi
mengotomasi dan memvirtualisasi proses belajar mengajar secara
elektronik. Fungsinya mirip dengan fungsi administrasi dalam sebuah
sekolah. Dengan LMS kita dapat mengatur pengguna mana yang berhak untuk
mengikuti sebuah kelas, materi belajar apa saja yang terdapat dalam
sebuah kelas, kapan masa berlaku kelas, berapa nilai kelulusannya dan
sebagainya.
Aplikasi LMS ada yang bersifat
open source dan
sangat banyak digunakan di dunia saat ini adalah Moodle. Moodle
merupakan singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning
Environment, sebuah
program aplikasi
free (gratis) di bawah ketentuan GNU (
General Public License).
Saat ini Moodle sudah digunakan pada lebih dari 150.000 institusi di
lebih dari 160 negara di dunia. Aplikasi ini dikembangkan pertama kali
oleh Martin Dougiamas pada tahun 2002.
Melalui Moodle fungsi pembelajaran virtual dapat diwujudkan, yaitu
dengan memasukkan berbagai bentuk materi pembelajaran. Bahan
pembelajaran dalam bentuk aplikasi pengolah kata Microsoft Word, materi
presentasi yang berasal dari Microsoft Power Point, Animasi Flash dan
bahkan materi dalam format audio dan video dapat masukkan sebagai materi
pembelajaran pada Moodle.
Implementasi LMS di Sekolah
Selama ini mungkin e-
Learning tidak asing pemanfaatannya pada perguruan tinggi. Namun, saat ini e-
Learning sudah merambah dunia sekolah. Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud sejak 2010 telah melakukan penataan pengembangan e-
Learning di tingkat satuan SMA.
Sekolah yang menjadi target pengembangan e-Learning disebut SMA Pusat
Sumber Belajar (PSB) yaitu sebanyak 132 sekolah di seluruh Indonesia.
Untuk Aceh terdapat 4 sekolah yang menjadi pelaksana program PSB yaitu
SMAN 1 Banda Aceh, SMAN 4 Banda Aceh, SMAN 1 Peukan Bada, dan SMAN 1
Sigli. Melalui program ini diharapkan optimalisasi penggunaan ICT
sebagai upaya efisiensi dan efektifitas dalam pembelajaran di sekolah.
Implementasi aplikasi LMS tentunya membutuhkan sarana dan prasarana
serta sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Hal ini menjadi tantangan
yang harus atasi melalui penigkatan ketersediaan sarana serta
peningkatan kapasitas SDM. Sebuah optimisme yang harus dikemukakan
mengingat implementasi LMS sangat bermanfaat bagi terciptanya inovasi
pembelajaran yang berbanding lurus terhadap peningkatan kualitas
pendidikan terutama di Aceh.
Program Banda Aceh Islamic Cyber City (BAICC) yang telah dilakukan
beberapa waktu lalu menjadi indikasi kesiapan untuk mengakses ICT untuk
masyarakat Banda Aceh. Bak gayung bersambut sehingga membuka peluang
akses informasi yang luas bagi pengembangan dunia pendidikan tanpa
melupakan karakter keislamannya. Semoga!